Pakaianadat suku dani berbeda antara laki-laki dan perempuan nya,pakaian adat laki-laki biasa di sebut koteka atau dalam Bahasa suku dani disebut horim atau holim. , Ngada, Nage-Keo, Ende, Lio dan Sikka tidaklah amat besar. Tetapi, Perbedaan antara kelompok sub-suku-bangsa tersebut dengan orang Manggarai termasuk besar. Gambar 10 di
LawoLambu merupakan pakaian tradisional untuk perempuan dari Kabupaten Ende. Ende merupakan Kota Kabupaten yang terletak di tengah-tengah pulau Flores Propinsi Nusa Tenggara Timur NTT Indonesia. Di beberapa tempat dalam persekutuan Lio pada saat ritual adat GAWI ATA SODHA mengenakan pakaian wanita lawo-lambu. Ini adalah baju2 adat dri aceh gayo.
Kapo'o merupakan ritual adat yang ditandai dengan upacara memasak nasi dalam bambu oleh para ibu dan makan bersama seluruh mosalaki dan penggarap. ENDE, Dalam tradisi tata berladang suku Lio, Ende, "ka po'o" merupakan salah satu ritual adat penting yang digelar setiap tahun dengan melibatkan seluruh pemangku adat
LirikLagu Daerah Minahasa Sumikolah. Maendo mo genangku ndo’on. Mangelek-ngelek se kariaku ndo’on, ndo’on. Ma wadiwadian lako, mange sumikolah ee ndo’on. Ndo’on Niserae. Oh mamaku oh papaku. Satoro maan nyaku sumikolah. Karengan man iwuriku endo wia muri. U rendem w oleos miu mama wia nyaku.
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Ende, – Warga Ende merasa bangga lantaran Presiden Jokowi memakai busana Adat Ende Lio saat memimpin upacara peringatan Harla Pancasila di Ende. Tidak hanya itu, Ibu Negara, Iriana Jokowi juga memakai pakaian adat Ende Lio dalam momentum yang sama. Presiden Joko Widodo tampil menawan dengan mengenakan pakaian adat Ragi Lambu Luka Lesu saat memimpin upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni di Lapangan Pancasila, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Rabu 1/6/2022. Rupanya, pakaian adat tersebut memiliki makna tersendiri. Musisi dan Budayawan Ende, Amatus Peta menjelaskan, busana adat yang dikenakan Jokowi merupakan simbol kekuasaan, karena tidak semua orang bisa mengenakannya. “Yang pakai itu sesungguhnya hanya Mosa Laki atau kepala adat yang punya kekuasaan di wilayah atau ulu eko tertentu,” ujar Amatus saat dihubungi, Jumat 3/6/2022. Mantan Kepala SMA Negeri 1 Ende tersebut menjelaskan, busana adat untuk Jokowi, juga bisa dimaknai sebagai bentuk penghormatan masyarakat Ende yang telah dikunjungi oleh sosok pemimpin hebat. Arti dan Makna Baju yang Dikenakan Jokowi Amatus menjelaskan, Ragi merupakan pakaian adat untuk pria di Suku Lio, Ende. Secara harafiah, Ragi artinya sarung. Ragi adalah tenun ikat yang dibuat oleh perempuan Lio dan bercorak serta didominasi warna gelap atau hitam dengan garis-garis vertikal. Dalam kebudayaan orang Lio, Ragi yang dikenakan oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukan orang tersebut. “Ada dua jenis Ragi. Ada yang disebut Ragi Sura, sarung dengan motif garis-garis vertikal dan Ragi Sura Rembe atau Mbao yakni sarung dengan motif garis-garis horisontal,” jelasnya. Ukuran Ragi juga berbeda, lanjut Amatus, Ragi One Loo atau One Pobe ukurannya lebih kecil dan pendek. Sementara Ragi One Ria atau Ragi One Repa, besar dan panjang, khusus untuk para pemimpin tertinggi atau penguasa adat atau Mosalaki Pu’u. Lambu diartikan sebagai baju yang sering digunakan oleh kaum pria. Biasanya berwarna putih polos. Sementara Luka berarti selendang. Luka bisa dikenakan menyilang baik di bahu kiri atau bahu kanan atau digantung di leher. Bisa juga diikat di pinggang apabila tidak memakai baju. Luka merupakan hasil kerajinan ikat dan tenun. Luka yang digunakan Jokowi adalah Luka Semba yang memiliki makna melindungi. “Luka itu kan selalu membungkus badan, dan itu sebagai lambang perlindungan. Maka dalam konteks Jokowi dia melindungi seluruh masyarakat Indonesia,” jelasnya. Lesu dikenakan dengan cara diikat di kepala dan bukan terbuat dari tenun. Sebagai pelengkap baju adat, Lesu biasanya diikat membentuk kerucut di kepala. Dikatakan Amatus, Lesu hanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki kuasa tertentu. Karena itu selain jadi simbol kekuasaan juga lebih pada pemimpin dan nilai kepemimpinan. Sebelum Lesu dipakai, jelas Amatus, dilakukan ritual seperti Engge Ragi, Podi Lesu, Nggubhu atau Bao Luka sebagai simbol kebesaran. Ritual ini akan dilaksanakan saat prosesi Wake Laki atau seremoni kepada seseorang saat dinobatkan sebagai Mosalaki. “Karena itu kepada Presiden Jokowi simbol kebesaran dan kepemimpinan itu dikenakan saat prosesi penobatan menjadi pemimpin dalam konteks adat budaya Ende, yakni Mosa Ulu Beu, Laki Eko Bewa dalam arti memiliki wilayah kekuasaan yang luas dari Sabang sampai Merauke,” ujarnya. Rahim Pancasila dalam Konteks Budaya Ende Amatus menambahkan, pengakuan Ende sebagai rahim Pancasila dalam pandangan budaya Lio Ende, bahwa Ende adalah seorang ibu yang subur berketurunan atau Ine Eo Tuka Sura, Kambu wonga. Dalam ungkapan lain, Amatus bilang, Ine Tau Tuju Tu yang berarti ibu yang menuntun dan membimbing dan mengarahkan. Selanjutnya, jelas Amatus, Ine Tau Sipose artinya ibu yang mempersatukan tercerai-berai, berbeda dalam banyak aspek. Ada pula, Ine Tau Nggembe Re’e artinya ibu yang melindungi dari setiap bahaya, gangguan, hambatan dan tantangan atau ancaman. “Karenanya menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa terutama yang terlahir menjadi pemimpin, untuk terus memelihara, merawat sang ibunda agar tetap sehat dan tetap kuat,” ujarnya. Ia mengajak, generasi bangsa Indonesia, yang ingin memahami lebih dalam tentang Pancasila sebagai buah rahim, datanglah kepada ibundanya di Ende rahim Pancasila.
Apakah Anda mencari gambar tentang Gambar Pakaian Adat Ende Lio? Terdapat 53 Koleksi Gambar berkaitan dengan Gambar Pakaian Adat Ende Lio, File yang di unggah terdiri dari berbagai macam ukuran dan cocok digunakan untuk Desktop PC, Tablet, Ipad, Iphone, Android dan Lainnya. Silahkan lihat koleksi gambar lainnya dibawah ini untuk menemukan gambar yang sesuai dengan kebutuhan anda. Lisensi GambarGambar bebas untuk digunakan digunakan secara komersil dan diperlukan atribusi dan retribusi.
SEJARAH KEBUDAYAAN SUKU ENDE-LIO DI FLORESEnde merupakan Kota Kabupaten yang terletak di tengah-tengah pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur NTT, Indonesia. Di wilayah Kabupaten Ende terdapat dua 2 suku yang mendiami daerah tersebut, yakni suku Ende dan Suku Lio. Pada umumnya suku Lio bermukim di daerah pegunungan. Lokasinya sekitar wilayah utara Kabupaten Ende. Dan suku Ende bermukim di daerah pesisir yakni bagian selatan Kabupaten Ende. Pada dasarnya, bentuk kebudayaan kedua suku ini hampir sama, yang membedakannya adalah hasil pencampuran kebudayaan atau akulturasi. Budaya suku Lio merupakan perpaduan suku asli daerah Lio dengan ajaran Kristen Katolik yang dibawah oleh bangsa Belanda. Sedangkan budaya suku Ende merupakan perpaduan budaya asli daerah Ende dengan budaya Islam yang dibawah oleh pedagang-pedagang dari Sulawesi, yakni Makasar. Sebab akibat masuknya ajaran Islam yang dibawah oleh kaum pedagang dari Makasar adalah lokasi bermukim suku Ende yang terletak di daerah pesisir pantai. Mengingat jalur penghubung menuju daerah luar pada saat itu hanya melalui transportasi laut, maka hal itu juga yang menghubungkan jalur perdagangan, ditambah dengan sikap masyarakat suku Ende yang terbuka pada hal-hal baru; dengan sendirinya para pedagang tersebut merasa bahwa kedatangannya diterima. Pada saat kapal niaga yang mengangkut para pedagang tersebut datang, mereka disambut baik dan ramah oleh masyarakat setempat. Merasa kedatangan mereka diterima, sebagian dari pedagang tersebut bahkan ingin menetap di daerah Ende dan menikah dengan orang-orang masyarakat suku asli Ende. Berhubung para pedagang dari Makasar tersebut telah terlebih dahulu memeluk Islam, maka mereka juga menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat suku Ende yang waktu itu masih memeluk ajaran nenek moyang animisme. Contoh perpaduan budaya asli Ende dengan budaya dari Makasar yakni pakaian adat wanita yaitu Rambu baju yang hampir memiliki kesamaan bentuk dengan atasan baju Bodo Baju Adat wanita Sulawesi Selatan.
Lia Afif menunjukan baju rancangannya yang berbahan tenun ikat Ende-Lio. Foto Masruroh/BasraDesainer asal Surabaya Lia Afif kembali berkreasi dengan mengangkat wastra Nusantara. Kali ini Lia menyuguhkan busana berbahan tenun ikat Ende-Lio, Nusa Tenggara menuturkan jika kain tenun Ende-Lio ini unik karena hanya dibuat oleh suku tertentu di Ende. Perajinnya terkelompok pada suku tertentu."Motif pada tenun Ende-Lio ini selalu sama karena warisan turun temurun. Jadi tidak ada motif baru yang dibuat generasi penerusnya," jelas Lia kepada Basra, Sabtu 26/9. Lebih lanjut desainer spesialis busana muslim ini menuturkan, filosofi yang diaplikasikan pada tenun Ende-Lio ini berdasar keadaan sekitar, seperti gunung, manusia, binatang, dan para pengrajinnya menenun sesuai ingatan. Sehingga tidak memiliki pola tertentu sama warna tenun Ende-Lio ini khas alam, seperti hitam, merah, dan kuning yang cenderung gelap. Untuk bahannya sebagian masih memakai serat akar."Ada yang sudah menggunakan benang sehingga lebih muda menenunnya," imbuh pembuatan tenun ikat Ende-Lio, kata Lia, memakan waktu lama. Untuk satu kain tenun dengan panjang sekitar dua meter memerlukan waktu pengerjaan 2-3 bulan. Lia Afif saat berkunjung ke pengrajin tenun ikat Ende-Lio di NTT. Foto Dok. PribadiTenun ikat Ende-Lio berkaitan erat dengan tradisi, ritual adat, penghormatan terhadap sang pencipta, hajatan serta tradisi menenun tenun ikat Ende-Lio sebagai mata pencaharian pemenuhan kebutuhan ikat Ende-Lio pada suku Ende-Lio berperan sebagai pakaian kebesaran pada saat ritual/upacara adat, upacara penghormatan pada sang pencipta, seserahan saat ada hajatan , bukti kemampuan ketrampilan menenun persyaratan anak gadis untuk menikah, barang jaminan, busana kebesaran, memakaikan pada anak dan mantu, pakaian perang suku, serta sebagai barang dagangan, dan itu, agar terkesan lebih ringan saat dipakai, Lia berkreasi dengan menambahan bahan lain pada sisi badan kiri dan kanan. Ia juga menambahkan aksesoris dan payet di beberapa sisi busana rancangannya. Selain dalam bentuk dress untuk acara pesta, Lia Afif juga membuat kreasi celana yang bisa dipakai sehari-hari. Bisa dibilang jika etnik merupakan salah satu ciri khas rancangan Lia. Ini berawal dari kegemarannya berkeliling Indonesia bersama keluarga. Momen itu sekaligus dimanfaatkan Lia untuk mengenal kain tradisional daerah-daerah yang dikunjunginya. Kemudian ia berkesempatan bekerjasama dengan beberapa pemerintah mengangkat dan melestarikan kain tradisional dari daerah tersebut, Lia berkesempatan pula mengenalkan wisata daerah serta potensi lainnya."Semoga pandemi ini segera berakhir sehingga geliat fesyen Tanah Air kembali menyeruak dan mengangkat roda perekonomian perajin kain tradisional," pungkasnya.
gambar pakaian adat ende lio